Selasa, 25 Mei 2010

SINTA ”Pemilik Keripik Pisang Ibu Mery”




Asal ada kemauan pasti ada jalan, itulah tekad yang telah tertanam di dalam diri Sinta. Seorang mahasiswi di Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung, Sumatra. Perempuan berusia 22 tahun ini berhasil mengangkat keluarganya keluar dari kemiskinan selama bertahun-tahun. Karena terpikir untuk menambah uang saku, ia mengawalinya dengan berbisnis kecil-kecilan. Dengan berbisnis itulah ia beruntung karena bisa mengejar ilmu hingga ke jenjang universitas, bahkan ia berhasil menjadi pengusaha yang hebat dan membuatnya menjadi jutawan.
• Manfaatkan Produk Lokal
Memahami bahwa ia dilahirkan dalam keluarga yang tidak berkecukupan secara materi, Sinta berfikir untuk bekerja membantu keluarganya sepulang sekolah. Ketika di kelas 2 SMA, Sinta bekerja di sebuah pabrik keripik pisang. Hal seperti itu ia jalani selama enam bulan dan ia mendapatkan upah yang cukup lumayan untuk membantu keluarganya. Selama bekerja ia banyak mendapatkan ilmu tentang teknik pengolahan keripik pisang. Dalam benaknya ia mulai menghitung omzet yang mungkin saja ia hasilkan jika ia memiliki usaha di bidang itu.
Dengan membulatkan tekadnya ia mulai mengumpulkan uang hingga 3 juta rupiah. Namun membuat keripik teryata tidak terlalu mudah, ada stadar kualitas yang di tetapkan bagi para pengusaha keripik pisang. Dengan usahanya akhirnya standar keripik yang ditetapkan berhasil tercapai. Awalnya ia tidak tahu bagaimana memasarkan produknya karena di mana-mana sudah ada yang menjual keripik pisang, itulah salah satu yang membuat perjalan Sinta meraih sukses tidak mulus. Pada akhirnya ia mengandalkan bantuan pada saudara dan dua temannya yang sudah berpengalaman, untunglah mereka teman yang baik dan mengerti apa yang harus dikerjakan.
Mereka memasarkan produknya ke sekolah-sekolah, toko cemilan, dan cendra mata yang biasa di kunjungi oleh wisatawan. Karena usaha utamanya adalah membuat keripik, maka Sinta memberikan merek istana keripik untuk produknya. Namun untuk menghormati ibunya ia menambahkan nama ibu Mery di belakangnya. Jadilah merek dagang yang didaftarkan menjadi Istana Kripik Ibu Mery. Dengan menambahkan nama ibunya di belakang ia ingin agar masyarakat tahu, bahwa nasib keluarganya yang dulu sering mendapatkan cemoohan yang dianggap miskin dari orang banyak nasibnya bisa saja berubah.
Makin lama Sinta makin yakin bahwa bisnis adalah pilihan hidupnya. Dengan berbisnis ia percaya bisa mengangkatnya dari lembah kemiskinan dan bisa membuat keluarganya hidup lebih sejahtra. Saat itu Sinta bermimpi, bisa memiliki rumah sendiri dan hidup nyaman. Tampaknya, impian itu pun sudah berhasil terkabul.
• Ulet Dan Tangguh
Rupanya, jiwa bisnis sudah terbetuk dalam diri Sinta sejak ia masih kecil. Ketika duduk di kelas 6 SD, Sinta diam-diam bekerja menjual keripik pisang. Otaknya terus berputar untuk bisa membantu keluarganya. Duduk di bangku SMP, ia sempat membantu ayahnya bekerja di bengkel tralis besi. Sinta beruntung karena rumah orang tuanya berada di tempat yang strategis, lokasinya persis di pinggir jalan. Disanalah ia dapat mengumpulkan rupiah demi rupiah. Akan tetapi, perusahaaan keripik pisang yang terbilang lebih modern bisa dijumpai di setiap sudut kata lampung. Dalam persaingan dengan para pengusaha keripik pisang salah satu caranya ia memberikan pelayanan yang terbaik, yaitu dengan membiarkan para pembeli memcicipinya terlebih dahulu.
Namun denga ide cemerlangnya ia berhasil menghasilkan 9 rasa kripik di luar rasa yang standar. Dengan begitu pembeli bisa memilih rasa yang cocok dengan seleranya. Doa dan usaha selalu ia jalankan setiap hari untuk kesusksesannya, ia juga sadar bahwa kekayaan bukan miliknya seutuhnya. Karena itu ia juga rajin memberikan zakat kepada orang yang membutuhkannya. Setelah 3 tahun usahanya berjalan, ia bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 13 karyawan. Sinta ingin mengembangkan kesejahtraan orang-orang di sekitarnya. meski telah tumbuh menjadi seorang jutawan muda ia tetap tidak sombong, ia tetap sebagai wanita rendah hati yang punya segudang mimpi untuk keluarga tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar